Panen Demplot Kentang ICARE di Cisurupan Garut Dorong Produksi Sepanjang Tahun
Garut (02/12) — Proyek Integrated Corporation for Agricultural Resources Empowerment (ICARE) bersama para petani di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, melaksanakan panen bersama pada demplot kentang off season milik PIU ICARE BRMP Jawa Barat. Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian field visit dan monitoring dan evaluasi terpadu dalam pelaksanaan Mid Term Review Proyek ICARE.
Demplot tersebut merupakan wujud penerapan teknologi budidaya kentang yang dikembangkan ICARE di wilayah Garut. Melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP) serta dukungan teknologi seperti penggunaan benih bersertifikat, pengolahan lahan yang lebih efisien, dan pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan), demplot ini diharapkan dapat mendorong produksi kentang di luar musim (off season). Dengan demikian, produksi kentang di Garut dapat berlangsung sepanjang tahun dan membantu menjaga stabilitas pasokan.
Panen bersama ini dihadiri oleh Kepala BRMP Penerapan Dr. Syamsuddin, Kepala BRMP Hortikultura, Direktur ICARE, serta perwakilan dari World Bank. Selain itu, hadir pula para pemangku kepentingan ICARE dari kementerian/lembaga, sektor swasta, serta tim ICARE dari sembilan provinsi.
Dalam sambutannya, Kepala BRMP Penerapan menekankan pentingnya penggunaan teknologi yang tepat guna untuk meningkatkan efisiensi dan pendapatan petani.
"Teknologi budidaya yang diterapkan ICARE tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga harus dihubungkan dengan penguatan hilirisasi. Ketika kualitas hasil meningkat dan pemasaran tertata dengan baik, nilai tambah yang diterima petani akan semakin besar," ujarnya.
Melalui pemanfaatan teknologi tersebut, hasil panen demplot diperkirakan mampu mencapai 30–40 ton per hektare meskipun ditanam pada periode off season.
Petani corporator ICARE Jawa Barat, Kang Abuy, juga membenarkan peningkatan produktivitas tersebut. Ia menyampaikan bahwa melalui penerapan GAP, hasil panen di demplot miliknya bahkan mencapai 48 ton per hektare. Ia juga merasakan manfaat penggunaan alsintan, seperti kultivator, yang mampu menurunkan biaya pengolahan lahan dari sekitar Rp10 juta menjadi Rp6 juta.
"Petani sekitar heran kok bisa produktivitas kentang kami tinggi. Sekarang banyak petani yang menjadikan kami sebagai rujukan," ungkap Kang Abuy.
Dengan capaian tersebut, demplot ICARE di Cisurupan menjadi contoh nyata bagaimana penerapan teknologi dan praktik budidaya yang lebih baik dapat mendukung peningkatan produksi, efisiensi usaha tani, dan keberlanjutan sistem pertanian kentang di Garut dan daerah lainnya.